Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus
1.
LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir atau neonatus
meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh
karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat
hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan
angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu
tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan
terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik sebagai
berikut :
1. Peredaran darah melalui
plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru untuk bernafas (pertukaran
oksigen dengan karbondioksida)
2. Saluran cerna berfungsi untuk
menyerap makanan
3. Ginjal berfungsi untuk
mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi oleh tubuh untuk mempertahankan
homeostasis kimia darah
4.
Hati berfungsi untuk
menetralisasi dan mengekresi bahan racun yang tidak diperlukan badan
5. Sistem imunologik berfungsi
untuk mencegah infeksi
6. Sistem kardiovaskular serta
endokrin bayi menyesuaikan diri dengan perubahan fungsi organ tersebut diatas.
Banyak masalah
pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan
penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan
anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan
maupun sesudah lahir.
Masalah pada
neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa
perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan.
Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan
yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih,
kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan,
si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
A.
Pengertian Hipotermia
Ada beberapa definisi mengenai hipotermia antara lain:
•
Keadaan dimana seorang individu
gagal mempertahankan suhu tubuh dalam batasan normal 36-37,5ºC.
•
Keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu tubuh terus-menerus dibawah
35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor
eksternal.
•
Keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu tubuh terus-menerus dibawah
35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor
eksternal.
B.
Anatomi Fisiologi
Suhu normal pada neonatus berkisar
antara 36C - 37,50C pada suhu ketiak. Gejala awal hipotermia apabila suhu <
360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba
dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C).
Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh
pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer)
sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal
penyakit yang berakhir dengan kematian.
Yang menjadi prinsip kesulitan
sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi
hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis
anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia.
Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi
dengan meningkatkan intake kalori.
C.
Gejala Klinis
Tanda-tanda
klinis hipotermia:
a.
Hipotermia sedang:
·
Kaki teraba dingin
·
Kemampuan menghisap lemah
·
Tangisan lemah
·
Kulit berwarna tidak rata atau
disebut kutis marmorata
b.
Hipotermia berat
·
Sama dengan hipotermia sedang
·
Pernafasan lambat tidak teratur
·
Bunyi jantung lambat
·
Mungkin timbul hipoglikemi dan
asidosisi metabolic
c.
Stadium lanjut hipotermia
·
Muka, ujung kaki dan tangan
berwarna merah terang
·
Bagian tubuh lainnya pucat
·
Kulit mengeras, merah dan
timbul edema terutama pada
·
punggung, kaki dan tangan (sklerema) .
D. Etiologi
1.
Prematuritas
2.
Asfiksia
3.
Sepsis
4.
Kondisi neurologik seperti
meningitis dan perdarahan cerebral
5.
Pengeringan yang tidak adekuat
setelah kelahiran
6.
Eksposure suhu lingkungan yang
dingin
E. Komplikasi
a.
gangguan sistem saraf pusat:
koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)
b.
Cardiovascular: penurunan tekanan
darah secara berangsur, menghilangnya tekanan darah sistolik
c.
Pernafasan: menurunnya konsumsi
oksigen
d.
Saraf dan otot: tidak adanya
gerakan, menghilangnya reflex perifer
F. Penanganan
v
Intervensi :
1.
Jelaskan pada anggota keluarga
bahwa neonatus lebih rentan terhadap kehilangan panas.
2.
Ajarkan tanda-tanda awal hipotermia : kulit
dingin, pucat, menggigil.
3.
Jelaskan perlunya minum air 8-10 gelas setiap
hari
4.
Jelaskan perlunya menghindari alkohol pada
cuaca yang sangat dingin.
5.
Ajarkan untuk mengenakan
pakaian ekstra.
v Jalan nafas harus tetap
terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.
v Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan
suhu tubuh dengan menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian
dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan
pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam
kondisi sadar).
Daftar Pustaka
Warih
BP, Abubakar M. 1992. Fisiologi pada
Neonatus. dalam : Kumpulan makalah Konas III IDSAI. Surabaya.
Survival
Stresses – Hipothermia penebar maut – Alap2 S-00166 TMS-7 Yogya – 1988
No comments:
Post a Comment