Epidural Anestesia
Anestesia epidural dihasilkan dengan menyuntikkan obat anestesi local kedalam ruang epidural. Blok saraf terjadi pada akar nervus spinalis yang berasal dari medula spinalis dan melintasi ruang epidural. Anestetik local melewati duramater memasuki cairan cerebro spinal sehingga menimbulkan efek anestesinya. Efek anesthesia yang dihasilkan lebih lambat dari anesthesia spinal dan terbentuk secara segmental.
Anesthesia epidural dapat digunakan
mulai dari analgesia dengan blok motorik minimal sampai anesthesia
dengan blok motorik penuh. Variasi ini dapat dikontrol dengan pemilihan
obat, konsentrasi dan dosis. Pengunaan analgesia post operasi secara kontinu
dengan narkotik atau local anestesi melalui kateter epidural
semakin popular saat ini.
ANATOMI
Daerah epidural tersusun atas bagian
dasar oleh membran sacrococcygeal, bagian posterior dibatasi oleh ligamentum
flavum dan daerah anterior dari lamina dan processus articularis, bagian
anterior dibatasi oleh ligamentum longitudinal posterior yang membungkus tulang
vertebra dan discus intervertebralis. Bagian lateral dibatasi oleh foramen
intervertebralis dan pedikel.
Ruang epidural berisi lemak dan jaringan limphatik
maupun vena epidural. Vena tidak memiliki katub dan berhubungan langsung dengan
vena intracranial. Vena juga berhubungan dengan vena thorasik dan vena
abdominal. Vena pada foramen intervertebralis, berlanjut pada pelvis yaitu pada
pleksus vena sacralis. Daerah paling luas didaerah tengah dan runcing pada
bagian lateralnya. Pada daerah lumbal luasnya 5-6 mm dan pada daerah
thoraks luasnya 3-5 mm.
FISIOLOGI.
1. Blokade neural.
Anestesi
local yang ditempatkan didaerah epidural bereaksi secara langsung pada
akar nervus spinalis yang terdapat dibagian lateral dari ruang epidural. Akar
nervus tersebut dibungkus dengan lapisan dural dan anestesi local mencapai
cairan serebrospinal dengan menyerap pada dura. 0nset blok lebih lama
dibandingkan dengan anestesi spinal, dan intensitas blok sensoris dan motorik
rendah.
2. Kardiovaskuler.
Hipotensi
akibat dari blokade simpatik mirip seperti yang digambarkan pada anestesi
spinal. Dosis yang besar dari anestesi local yang digunakan dapat
diabsorbsi secara sistemik, mengakibatkan terjadinya depresi miokard.
Epinefrin yang ditambahkan pada anestesi local dapat diabsorbsi dan akan
memberikan efek sitemik seperti takikardi dan hipertensi.
3. Anesthesia epidural mengurangi
terjadinya thrombosis vena dan embolisme pulmoner pada pembedahan ortopedi.
Kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan perfusi keanggota gerak
bagian bawah. Selain itu terdapat kecenderungan terjadinya penurunan
koagulasi, penurunan agregasi platelet, dan perbaikan fungsi fibrinolitik
selama anestesi epidural.
4. Perubahan fisiologis lain serupa
dengan yang dihasilkan oleh anestesi spinal.
INDIKASI
Pada umumnya indikasi epidural anestesi sama dengan
spinal anestesi. Sebagai keuntungan epidural anestesi adalah anestesi dapat
diberikan secara kontinyu setelah penempatan cateter epidural, oleh
karena itu tehnik ini cocok untuk pembedahan yang lama dan
analgesia setelah pembedahan.
A. Indikasi
Khusus :
a) Pembedahan sendi panggul dan lutut.
Dibandingkan dengan anestesi umum,
anestesi epidural untuk pembedahan panggul dan lutut dapat mengurangi insidens
trombosis vena. Penyebab kematian pasien yang menjalani pembedahan sendi
yang total adalah emboli paru. Lagi pula kehilangan darah
selama pembedahan sendi panggul lebih kecil pada
pemakaian tehnik anestesi epidural.
b) Revaskularisasi ektremitas bawah
Penelitian menunjukkan bahwa
anestesia epidural pada pasien dengan penyakit pembuluh darah periper
, aliran darah kedistal selama rekonstruksi pembuluh darah
anggota gerak bagian bawah adalah baik dan penyumbatan
cangkokan pembuluh darah setelah operasi adalah kecil dibandingkan
dengan anestesi umum.
c) Persalinan.
Pasien-pasien obsteric yang takut
nyeri melahirkan dapat ditangani dengan epidural anestesi dan memperoleh
bayi dengan riwayat biokemia yang baik dari pada bayi dilahirkan pada ibu
yang diberikan opioid atau anetestetik lainnya secara intravena.
d) Penanganan nyeri post operasi.
Anestesi local konsentrasi rendah
dan opoid atau kombinasi obat ini dengan analgesik lain adalah manjur pada
kontrol nyeri post operasi. Analgesia post operasi ini memudahkan
ambulatory dini dan kerja sama yang baik dengan phisio terapi.
KONTRA INDIKASI
Absolut :
a) Pasien tidak setuju
b) Infeksi local pada daerah kulit yang
akan ditusuk.
c) Sepsis generalisata (seperti
septicemia, bacteremia).
d) Koagulopathi.
e) Alergi terhadap suatu jenis anestetik
local.
f) Peningkatan tekanan intracranial.
Relatif :
a) Hipovolemia
b) Penyakit SSP
c) Nyeri punggung kronik.
d) Pasien yang mendapat obat penghambat
platelet, termasuk aspirin, dripiridamol, dan NSAID
PROSEDUR
1. Persiapan
peralatan dan Jarum epidural.
Seperti pada anestesi umum, obat-obatan serta mesin anestesia disiapkan
sebelum penderita masuk ruangan ; begitu pula dengan monitor standar.
Persiapan termasuk vasopressor untuk mencegah hipotensi, oksigen suplemen
melalui nasal kanula atau masker untuk mengatasi depresi pernapasan akibat
sedatif atau anestetik.
Pada umumnya jarum weiss atau tuohy ukuran 17 yang digunakan untuk
ideintifikasi ruang epidural. Jarum ini mempunyai stylet dan ujungnya tumpul
dengan lubang pada sisi lateral dan mempunyai dinding tipis yang dapat dilalui
kateter ukuran 20. Jarum ukuran 22 sering digunakan untuk tehnik dosis tunggal.
2. Menentukan
posisi pasien
Pasien dapat
diposisikan pada posisi duduk, posisi lateral atau posisi prone dengan
pertimbangan yang sama dengan anestesi spinal.
3. Identifikasi
Ruang epidural.
Ruang
epidural teridentifikasi setelah ujung jarum melewati ligamentum flavum
dan menimbulkan tekanan negatif pada ruang epidural. Metode untuk
identifikasi ini dibagi dalam dua kategori : loss of resistance tehnik
dan hanging drop tehnik.
TEKNIK
PEMBERIAN OBAT DALAM EPIDURAL
1. Loss of
resistence tehnik.
Tehnik
ini adalah cara yang umum dipakai untuk identifikasi ruang
epidural. Cara ini dengan mengarahkan jarum melewati kulit masuk
kedalam ligamentum interspinosus, dimana dibuktikan oleh adanya tahanan. Pada
saat ini intraduser dikeluarkan dan jarum dihubungkan dengan spoit yang
diisi dengan udara atau Nacl 0,9 %, kemudian tusukan dilanjutkan sampai
keruang epidural.
Ada
dua cara mengendalikan kemajuan penempatan jarum. Pertama
menempatkan dua jari menggenggam spoit dan jarum dengan
tekanan tetap pada pangkalnya sehingga jarum begerak kedepan
sampai jarum masuk kedalam ruang epidural. Pendekatan lain dengan
menempatkan jarum beberapa millimeter dan saat itu dihentikan dan
kendalikan dengan hati-hati. Dorsum tangan non dominan menyokong belakang
pasien dengan ibu jari dan jari tengah memegang poros jarum. Tangan non
dominan mengontrol masuknya jarum epidural dan setelah itu ibu jari tangan dominan
menekan fluger dari spoit. Ketika ujung jarum berada dalam ligamentum fluger
tidak bisa ditekan dan dipantulkan kembali, tetapi ketika jarum masuk ruang
epidural terasa kehilangan tahanan dan fluger mudah ditekan dan tidak
dipantulkan kembali. Cara yang kedua lebih cepat dan lebih praktis tetapi
memerlukan pengalaman sebelumnya untuk menghindari penempatan jarum epidural
pada lokasi yang salah.
Apakah suntikan dengan Nacl 0,9 %
atau udara yang dipakai pada loss of resistens tehnik tergantung pada pilihan
praktisi. Ada beberapa laporan gelembung udara menyebabkan
inkomplet atau blok tidak sempurna; betapapun ini
terjadi hanya dengan udara dalam jumlah yang banyak.
2.
Hanging Drop tehnik.
Dengan
tehnik ini jarum ditempatkan pada ligamentum intrspinosus , pangkal jarum
diisi dengan cairan Nacl 0,9 % sampai tetesan menggantung dari
pangkal jarum. Selama jarum melewati struktur ligamen tetesan tidak
bergerak; akan tetapi waktu ujung jarum melewati ligamentum flavum dan masuk
dalam ruang epidural, tetesan cairan ini terisap masuk oleh karena adanya
tekanan negatif dari ruang epidural. Jika jarum menjadi
tersumbat, atau tetesan cairan tidak akan terisap masuk maka jarum telah
melewati ruang epidural yang ditandai dengan cairan serebrospinal pada
pungsi dural. Sebagai konsekuensi tehnik hanging drop biasanya digunakan
hanya oleh praktisi yang berpengalaman .
PLIHAN TINGKAT BLOCK
Anestesia epidural dapat dilakukan pada
salah satu dari empat segmen dari tulang belakang (cervical, thoracic, lumbar,
sacral). Anestesia epidural pada segmen sacralis biasanya disebut sebagai
anesthesia caudal.
1. Lumbar epidural anesthesia.
a) Midline approach.
Pasien
diposisikan, dipersiapkan dan ditutup kain steril dan diidentifikasi
interspace L4-5 sejajar Krista iliaka. Interspace dipilih dengan palpasi apakah
level L3-4 atau L4-5. Jarum ukuran 25 digunakan untuk anestesi local dengan
infiltrasi dari suferfisial sampai kedalam ligamentum interspinosa dan
supraspinosa. Jarum ukuran 18 G dibuat tusukan kulit untuk dapat dilalui jarum
epidural. Jarum epidural dimasukkan terus pada tusukan kulit dan
dilanjutkan kearah sedikit kecephalad untuk memperkirakan lokasi
ruang interlaminar dan sebagai dasar adalah pada perocesus spinosus superior.
Setelah jarum masuk pada struktur ligamentum , spoit dihubungkan dengan
jarum dan tahanan diidentifikasi. Poin utama disini bahwa adanya perasaan jarum
masuk pada struktur ligamentum. Apabila perasaan kurang jelas adalah akibat
tahanan pada otot paraspinosus atau lapisan lemak mengakibatkan injeksi local
anestesi kedalam ruang lain dari pada ruang epidural dan terjadi gagal blok.
Apabila ini terjadi penempatan jarum pada ligamentum diperbaiki, kemudian jarum
dilanjutkan masuk keruang epidural dan loss of resistensi diidentifikasi dengan
Hati-hati.
b) Paramedian approach
Biasanya
dipilih pada kasus dimana operasi atau penyakit sendi degeratif
sebelumnya ada kontra indikasi dengan median approach. Tehnik ini lebih mudah
bagi pemula, karena saat jarum bergerak kedalam ligamen dan
perubahan tahanan tidak terjadi, maka jarum masuk ke otot
paraspinosus dan tahanan hanya dirasakan bila jarum sampai pada ligamentum
flavum. Pasien diposisikan, dipersiapkan dan ditutupi kain streril
seperti pada mid line approach. Jarum ditusukkan kira-kira 2-4 cm kelateral
garis tengah pada bagian bawah processus spinosus superior. Tusukan kulit
dibuat dan jarum epidura langsung diarahkan kecephalad seperti pada
median approach dan kemudian jarum dilanjutkan kearah midline. Setelah
strukur dermal ditembusi spoit dihubungkan dengan jarum dan selanjutnya
jarum masuk masa otot psraspinosus akan terasa tahanan minimal dan kemudian
sampai ada peningkatan tahanan yang tiba-tiba ketika jarum sampai
pada ligamentum flavum. Jika jarum telah melewati ligamentum flavum dan setelah
loss of resiten teridentifikasi maka jarum telah masuk kedalam ruang epidural.
2. Thoracic epidural anesthesia.
Thoracic
epidural anesthesia adalah tehnik yang lebih sulit dari pada lumbar
epidural anesthesia , dan kemungkinan untuk trauma pada medulla spinalis
adalah besar. OLeh karena itu, yang penting bahwa praktisi sepenuhnya
familiar dengan lumbar epidural anesthesia sebelum mencoba thoracic
epidural block.
a) Midline approach
Interspase
lebih sering diidentifikasi dengan pasien pada posisi duduk. Pada
segmen atas thoracic, sudut processus spinosus lebih miring dan
curam kearah kepala. Jarum dimasukkan melewati jarak yang relatif pendek
mencapai ligamentum supraspinous dan interspinous, dan ligamentum flavum
diidentifikasi biasanya tidak lebih dari 3-4 cm dibawah kulit. Kehilangan
tahanan yang tiba-tiba adalah tanda masuk dalam ruang epidural. Semua
tehnik epidural anesthesia diatas regio lumbal kemungkinan kontak
langsung dengan medulla spinalis harus dipertimbangkan selama
mengidentifikasi ruang epidural. Jika didapatkan nyeri yang membakar
kemungkinan bahwa jarum epidural kontak langsung dengan medulla spinalis harus
dipertimbangkan dan jarum harus dengan segera dipindahkan. Kontak berulang
dengan tulang dan tidak didapatkan ligamentum atau ruang epidural adalah
indikasi untuk merubah pada pendekatan paramedian.
b) Paramedian approach.
Pada
pendekatan paramedian , interspase diidentifikasi dan jarum ditusukkan
kira-kira 2 cm kelateral garis tengah pada pinggir kaudal prosesus spinosus
superior. Pada tehnik ini jarum ditempatkan hampir tegak lurus pada kulit
dengan sudut minimal 10-15 derajat kearah midline dan
dilanjutkan sampai lamina atau pedikle dari tulang belakang disentuh.
Jarum ditarik kebelakang dan ditujukan kembali agak kecephalad.
Jika tehnik ini sempurna ujung jarum akan kontak dengan ligamentum
flavum. Spoit dihubungkan dengan jarum, dan pakai tehnik loss of resistence
atau hanging drop untuk mengidentifikasi ruang epidural. Sama dengan paramedian
approach pada regio lumbar, jarum harus dilanjutkan sebelum ligamentum
flavum dilewati dan ruang epidural didapatkan.
3. Cervical epidural anesthesia.
Tehnik ini
khusus dilakukan dengan pasien pada posisi duduk dan leher
difleksikan. Jarum epidural dimasukkan pada midline khususnya pada interspase
C5-C6 atau C6-C7 dan ditusukkan secara relatif datar kedalam ruang
epidural dengan memakai tehinik loss of resistence dan lebih sering
dengan hanging drop.
PENEMPATAN KATETER
Kateter epidural
digunakan untuk injeksi ulang anestesi local pada operasi yang lama dan
pemberian analgesia post operasi.
a) Kateter radiopaq ukuran 20 disusupkan melalui
jarum epidural, ketika bevel diposisikan kearah cephalad. Jika kateter berisi
stylet kawat, harus ditarik kembali1-2 cm untuk menurunkan insiden parestesia
dan pungsi dural atau vena.
b) Kateter dimasukkan 2-5 cm ke dalam
ruang epidural. Pasien dapat mengalami parasthesia yang tiba-tiba dan biasanya
terjadi dalam waktu yang singkat. Jika kateter tertahan, kateter harus
direposisikan. Jika kateter harus ditarik kembali, maka kateter dan jarum
dikeluarkan bersama-sama.
c) Jarak dari permukaan belakang pasien
diberi tanda pada pengukuran kateter.
d) Jarum ditarik kembali secara
hati-hati melalui kateter dan jarak dari bagian belakang pasien yang diberi
tanda pada kateter diukur lagi. Jika kateter telah masuk, kateter ditarik
kembali 2-3 cm dari ruang epidural.
e) Bila kateter sudah sesuai kemudian
dihubungkan dengan spoit. Aspirasi dapat dilakukan untuk mengecek adanya darah
atau cairan serebrospinal, dan kemudian kateter diplester dengan kuat pada
bagian belakang pasien dengan ukuran yang besar, bersih dan diperkuat dengan
pembalutan.
OBAT-OBAT EPIDURAL
Anestetik local.
Pilihan obat anestetik local untuk anesthesia
epidural ditentukan oleh lamanya prosedur operasi dan intensitas blok
motoris yang dikehendaki. kloroprokain adalah kerja singkat,
mevipakain adalah kerja sedang, buvipakain dan etidokain adalah kerja lama.
Buvipakain konsentrasi rendah tidak cocok digunakan pada prosedur yang
membutuhkan blok motoris untuk setiap blok sensorik dibandingkan dengan
obat lainnya.
Tabel. Anestetik local untuk
anesthesia epidural
Obat
|
Konsentrasi
|
Lama anesthesia dengan epinefrin (menit)
|
Chloroprokain
Lidokain
Mepivakain
Bupivakain
Etidokain
|
2 –
3 %
1,5 %
1,5 %
0,5 %
1,0 %
|
60
60 – 90
90 – 120
> 180
> 150
|
Epinefrin.
Penambahan epinefrin (5 mg/ml) kedalam anestesi
local yang disuntikkan kedalam ruang epidural tidak hanya memperpanjang
efeknya dengan cara menekan absorbsi, menurunkan konsentrasi obat dalam
darah dan juga mengurangi keracunan sitemik. Epinefrin juga mengurangi suatu
kelainan akibat penyuntikan intravaskuler. Sejumlah kecil epinefrin
diabsorbsi dari ruang epidural yang akan membentuk efek beta adrenergik,
peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik dan peningkatan denyut jantung.
Tes dosis
Karena anestesi epidural termasuk meninjeksikan
sejumlah besar obat anestesi local, pemasangan kateter mesti berada pada tempat
yang benar. Aspirasi pluger dari spoit dapat menarik darah atau CSS. Kateter
epidural ditarik kembali dan ditempatkan pada tempat lain apabila terdapat
darah atau CSS dalam kateter. Tes dosis selalu diperlukan, hal ini
terdiri dari 3 ml anestesi local dari konsentrasi yang sama untuk
anestesi spinal dan mengandung 5 mg epinefrin (lidokain 1,5 % dan
epinefrin 1 : 200.000 yang sering digunakan). Bila jarum atau
kateter masuk kedalam vena epidural mengakibatkan peningkatan denyut jantung 20
denyut permenit atau lebih besar dalam dua menit. Jika jarum atau kateter
terletak diruang epidural , hal tersebut tidak terjadi dan tidak ada perubahan
tekanan darah atau denyut jantung.
Sering
sejumlah kecil cairan teraspirasi sebelum obat anestesia diinjeksikan. Adanya
cairan ini adalah cairan serebrospinal atau anestesia lokal yang diinjeksikan
sebelumnya. Dipstick test membedakan adanya glukosa, dimana cariran
serebrospinal mengandung glukosa dan tidak ada pada cairan anestesi lokal.
Dosis anestesi
Penyebaran obat anestetik local dalam ruang epidural
hanya tergantung pada volume yang dinjeksikan . sedang konsentrasi anestetik
local dalam larutan hanya berpengaruh pada derajat dan densitas dari
blok. Onset anestesi epidural labih lambat walaupun ditambahkan sodium
bikarbonat kedalam anestesi local untuk mempercepat onsetnya.
Volume larutan anestetik yang tepat untuk anesthesia
epidural lumbal berkisar dari 15 – 25 ml. Studi pada sukarelawan muda
menunjukkan kebutuhan rata-rata adala 1,6 ml per segemen spinal yang
dianestesi. Pada ruang epidural torakal yang sempit kurang lebih dibutuhkan
setengahnya. Pasien yang tua, pasien hamil, dan pasien dengan tekanan
intra abdominal yang meningkat diperlukan volume anestetik local
lebih sedikit untuk mencapai distribusi yang diberikan.
Penambahan anestetik local yang dibutuhkan ditentukan
oleh pilihan ahli anestesiologi pada observasi klinik. Bila anestetik
dihabiskan untuk dua dermatom , penambahan sepertiga sampai setengah dari
jumlah anestetik local semula akan diperoleh anesthesia yang adekuat.
Bilamana menggunakan anestetik epidural dan anestesi umum bersama-sama, penambahan
dosis diberikan pada interval waktu yang sesuai dengan karakteristik obat
anestesi local.
Pemberian Suntikan Epidural
A.
Suntikan Epidural
Menjelang akhir persalinan tahap
pertama dan saat persalinan tahap kedua, umumnya bantuan lebih lanjut untuk
mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman adalah anestesi atau pembiusan.
Pembiusan yang populer di Indonesia adalah epidural atau painless
labour. Pembiusan ini memblok rasa sakit di rahim, leher rahim, dan
bagian atas vagina. Meskipun demikian, otot panggul tetap dapat melakukan
gerakan rotasi kepala bayi untuk keluar melalui jalan lahir. Ibu tetap sadar
dan bisa mengejan ketika diperlukan meskipun dibius.
B.
Mekanisme kerja
epidural
Tulang punggung terdiri dari tulang
belakang yang terpisah-pisah. Tulang belakang melindungi urat saraf tulang
belakang yang membentang dari pinggul hingga ke pangkal leher. Urat saraf
tulang belakang terdiri dari jutaan serabut saraf. Semuanya terhubung ke otak
dan ke seluruh bagian tubuh dengan rute berbeda-beda. Secara fungsi, serabut saraf
dibagi dua jenis, yaitu serabut urat saraf sensoris dan
serabut urat saraf motoris. Serabut saraf sensoris
berfungsi menyampaikan pesan, seperti rasa sakit, panas, dan dingin dari tubuh
ke otak. Serabut saraf motoris bekerja sebaliknya, yaitu menyampaikan pesan
dari otak ke bagian tubuh, antara lain “menyuruh” tubuh bergerak atau
berkontraksi.
Pada pembiusan epidural, bagian yang dibius atau diberi penawar sakit adalah urat saraf sensoris sehingga sakit saat kontraksi di rahim tidak sampai ke otak. Akibatnya, ibu pun tidak merasakan sakit. Namun, pembiusan ini tidak boleh terkena urat saraf motoris sehingga otak tetap dapat “memerintahkan” otot-otot rahim berkontraksi.
Di punggung, urat saraf dikelilingi selubung berisi air yang disebut dura. Antara dura dengan tulang terdapat rongga yang dilalui serabut urat saraf menuju dan dari berbagai bagian tubuh yang disebut epidura. Pembiusan dilakukan dengan memasukkan jarum kecil berisi tabung (kateter) yang sangat kecil melalui otot punggung ibu hingga ke epidura, dan dengan sangat hati-hati menarik ujung jarum hingga tabung polythene tertinggal di dalam rongga epidura. Sekarang, dokter dapat memberi pembiusan melalui tabung di dalam rongga tersebut.
Pembiusan epidural harus dilakukan dokter spesialis anestesi. Ketika memasukkan jarum suntik, ibu diminta menekuk seperti posisi bayi dalam perut. Setelah itu, ibu harus diawasi karena dapat mengalami efek samping, seperti mual, kejang, dingin, sakit kepala, hingga penurunan tekanan darah sampai titik sangat rendah yang tentu tidak balk bagi ibu maupun janin. Untuk mengatasi penurunan tekanan darah, kadang dokter menyertai pembiusan epidural dengan suntikan 500 ml cairan ke pembuluh darah sebelum pembiusan.
Selain itu, karena tidak merasakan sakit akibat suntikan epidural, mungkin ibu menjadi sulit untuk membantu kelahiran bayi dengan mengandalkan otot perutnya dan mendorong ketika terjadi kontraksi rahim. Hal ini menyebabkan persalinan tahap kedua lebih lama dibanding ibu yang tidak mendapat epidural. Ada kemungkinan, bayi dikeluarkan dengan bantuan forsep atau vacum.
Dari penelitian yang dilakukan pada bayi baru lahir alami atau per vagina dengan ibu yang menggunakan metode ini, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada nilai APGAR pertama dan kelima antara bayi studi dengan bayi kontrol. Selain itu, tidak didapatkan perbedaan kejadian bayi kuning dan lama perawatan di rumah sakit.
Di negara barat, banyak ibu menggunakan metode epidural. Sepuluh persen dari mereka menyatakan metode ini tidak efektif dan rasa sakit tetap dialami. Sepuluh persen lainnya mengeluh epidural menimbulkan kejang dan dingin. Namun, 800/0 ibu merasakan manfaat metode ini. Kini, teknik epidural disempurnakan dengan dikembangkannya teknik blok epidural kontinu, yaitu teknik epidural yang dikendalikan pasien (patient controlled epidural analgesia) dan teknik kombinasi epidural spinal (combined spinal epidural analgesia).
Pada pembiusan epidural, bagian yang dibius atau diberi penawar sakit adalah urat saraf sensoris sehingga sakit saat kontraksi di rahim tidak sampai ke otak. Akibatnya, ibu pun tidak merasakan sakit. Namun, pembiusan ini tidak boleh terkena urat saraf motoris sehingga otak tetap dapat “memerintahkan” otot-otot rahim berkontraksi.
Di punggung, urat saraf dikelilingi selubung berisi air yang disebut dura. Antara dura dengan tulang terdapat rongga yang dilalui serabut urat saraf menuju dan dari berbagai bagian tubuh yang disebut epidura. Pembiusan dilakukan dengan memasukkan jarum kecil berisi tabung (kateter) yang sangat kecil melalui otot punggung ibu hingga ke epidura, dan dengan sangat hati-hati menarik ujung jarum hingga tabung polythene tertinggal di dalam rongga epidura. Sekarang, dokter dapat memberi pembiusan melalui tabung di dalam rongga tersebut.
Pembiusan epidural harus dilakukan dokter spesialis anestesi. Ketika memasukkan jarum suntik, ibu diminta menekuk seperti posisi bayi dalam perut. Setelah itu, ibu harus diawasi karena dapat mengalami efek samping, seperti mual, kejang, dingin, sakit kepala, hingga penurunan tekanan darah sampai titik sangat rendah yang tentu tidak balk bagi ibu maupun janin. Untuk mengatasi penurunan tekanan darah, kadang dokter menyertai pembiusan epidural dengan suntikan 500 ml cairan ke pembuluh darah sebelum pembiusan.
Selain itu, karena tidak merasakan sakit akibat suntikan epidural, mungkin ibu menjadi sulit untuk membantu kelahiran bayi dengan mengandalkan otot perutnya dan mendorong ketika terjadi kontraksi rahim. Hal ini menyebabkan persalinan tahap kedua lebih lama dibanding ibu yang tidak mendapat epidural. Ada kemungkinan, bayi dikeluarkan dengan bantuan forsep atau vacum.
Dari penelitian yang dilakukan pada bayi baru lahir alami atau per vagina dengan ibu yang menggunakan metode ini, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada nilai APGAR pertama dan kelima antara bayi studi dengan bayi kontrol. Selain itu, tidak didapatkan perbedaan kejadian bayi kuning dan lama perawatan di rumah sakit.
Di negara barat, banyak ibu menggunakan metode epidural. Sepuluh persen dari mereka menyatakan metode ini tidak efektif dan rasa sakit tetap dialami. Sepuluh persen lainnya mengeluh epidural menimbulkan kejang dan dingin. Namun, 800/0 ibu merasakan manfaat metode ini. Kini, teknik epidural disempurnakan dengan dikembangkannya teknik blok epidural kontinu, yaitu teknik epidural yang dikendalikan pasien (patient controlled epidural analgesia) dan teknik kombinasi epidural spinal (combined spinal epidural analgesia).
C.
Keuntungan penggunaan
epidural.
a)
Delapan
puluh persen ibu berhasil mengatasi rasa sakit.
b)
Tidak
mengacaukan pikiran.
c)
Membantu
dalam mengontrol tekanan darah tinggi.
d)
Mengembalikan
kemampuan ibu mengontrol persalinan sehingga mengembalikan rasa percaya diri.
e) Kini, epidural lebih canggih.
Penggunaannya tidak memberi efek kebas pada kaki dan tangan.
D. Kerugian
penggunaan epidural.
a)
Mungkin,
ibu merasa mati rasa hanya di sebagian tubuh. Sebagian kecil perut tidak
mengalami efek pembiusan.
b)
Ibu
harus tetap di tempat tidur dan merasa sangat menggigil.
c)
Mungkin,
ibu membutuhkan infus di tangan karena epidural membuat tekanan darah beberapa
wanita turun. Efeknya kurang baik bagi suplai oksigen ke bayi. Cara
pencegahannya, tambah segera volume darah untuk membuat tekanan darah normal
kembali.
d)
Mungkin,
kateter terpasang di kandung kemih ibu. Penggunaan epidural menyebabkan ibu
tidak dapat memperkirakan waktu untuk buang air kecil sehingga ibu buang air
kecil secara otomatis.
e)
Mungkin,
ibu merasa tidak sepenuhnya sadar. Dengan terpasangnya tiga tabung di tubuhnya,
ibu harus diberi tahu saatnya mengejan jika efek pembiusan belum hilang pada
tahap melahirkan.
f)
Epidural
dapat memperpanjang waktu persalinan, khususnya fase mengejan dan melahirkan
bayi.
g)
Denyut
jantung bayi harus dimonitor sepanjang waktu.
h)
Ada
kemungkinan penggunaan forsep atau vacum untuk membantu kelahiran bayi karena
seringkali epidural membuat bayi tidak dapat bergerak ke posisi yang pas untuk
dikeluarkan.
i)
Pada
saat jarum epidural dicabut dan tabungnya dilepas, kemungkinan ada kebocoran
cairan rongga epidura. Cairan ini dapat bergesekan dengan serabut saraf tulang
belakang. Padahal, pergesekan sedikit saja dapat menimbulkan sakit kepala
berat. Hal ini dapat diatasi dengan mengambil sedikit darah dari tangan ibu.
Biasanya, sehari setelah kelahiran bayi dan menyuntikkannya ke punggung untuk
menutup lubang akibat jarum epidural.
j)
Beberapa
ibu mendapat masalah berkemih setelah menggunakan epidural.
k) Epidural tidak dapat digunakan pada
persalinan di rumah.
E. Tips-tips
penggunaan teknik epidural
a)
Usahakan
diam tidak bergerak saat ahli anestesi memasang epidural di punggung ibu.
Posisi ibu dapat berbaring menyamping atau menekuk seperti posisi bayi dalam
perut. Konsentrasilah pada pernapasan. Tarik napas panjang melalui hidung,
kemudian keluarkan perlahanlahan melalui mulut. Pegang tangan pendamping
persalinan dan pertahankan kontak mata dengannya.
b)
Diskusikan
dengan dokter kemungkinan melepas epidural pada tahap mengejan. Jika ibu dapat
merasakan kontraksi saat itu, ibu lebih efektif mengejan.
c)
Mobile
epidural adalah epidural dalam dosis lebih sedikit dan diberikan dalam teknik
baru sehingga meskipun dapat menghilangkan rasa sakit, tetapi ibu tetap dapat
merasakan sensasi kakinya karena kaki tidak ikut kebal.
Cara penggunaannya persis epidural biasa. Sebuah tabung dipasangkan melalui jarum yang ditusukkan di bagian bawah punggung. Obat anestesi yang dicampur obat pereda sakit, seperti pethidin atau fentanyl dimasukkan ke dalam tubuh melalui selang kecil. Cara kerjanya juga mirip epidural biasa, hanya ibu tidak merasa kebal di kaki. Mobile epidural juga diberikan sepanjang tahap persalinan pertama saat ibu tidak sanggup menahan sakit akibat kontraksi atau di awal persalinan jika ibu sama sekali tidak mau merasakan sakit kontraksi. Keuntungannya, ini merupakan cara sangat baik untuk menghilangkan rasa sakit dan selama penggunaannya ibu tetap dapat bergerak. Kerugiannya, kualitas bergerak masih dibatasi. Mungkin, ibu hanya dapat bergerak dari tempat tidur ke kursi atau berjalan dengan bantuan. Kerugian lain, epidural ini sama dengan penggunaan epidural biasa.
Cara penggunaannya persis epidural biasa. Sebuah tabung dipasangkan melalui jarum yang ditusukkan di bagian bawah punggung. Obat anestesi yang dicampur obat pereda sakit, seperti pethidin atau fentanyl dimasukkan ke dalam tubuh melalui selang kecil. Cara kerjanya juga mirip epidural biasa, hanya ibu tidak merasa kebal di kaki. Mobile epidural juga diberikan sepanjang tahap persalinan pertama saat ibu tidak sanggup menahan sakit akibat kontraksi atau di awal persalinan jika ibu sama sekali tidak mau merasakan sakit kontraksi. Keuntungannya, ini merupakan cara sangat baik untuk menghilangkan rasa sakit dan selama penggunaannya ibu tetap dapat bergerak. Kerugiannya, kualitas bergerak masih dibatasi. Mungkin, ibu hanya dapat bergerak dari tempat tidur ke kursi atau berjalan dengan bantuan. Kerugian lain, epidural ini sama dengan penggunaan epidural biasa.
PEMBERIAN
OBAT SECARA EPIDURAL
Teknik untuk menghilangkan rasa
sakit dengan memasukan jarum kecil berisi tabung (kateter) yang sangat kecil
melalui otot punggung hingga ke daerah epidural (rongga di bagian tulang
belakang). Hal ini dilakukan oleh dokter anestesi.
Manajemen
nyeri yang dapat dilakukan oleh bidan diantaranya mengurangi faktor yang dapat
menambah nyeri misalnya ketidak percayaan, kesalah fahaman, ketakutan,
kelelahan, dan kebosanan.
Memodifikasi
stimulus nyeri dan menggunakan teknik-teknik seperti teknik latihan pengalihan
menonton televisi, berbincang- bincang dengan orang lain, mendengarkan musik.
Atau stimulasi kulit dengan menggosok
dengan halus pada daerah yang nyeri, menggosok punggung, menggunakan air
hangat dan dingin, memijat dengan air mengalir.
Anestesi
epidural atau bius lokal dari pinggang ke bawah adalah teknik untuk
menghilangkan rasa sakit dengan memasukan zat anestesi lewat suntikan
melalui otot pinggang hingga ke daerah epidural (salah satu bagian dari susunan
saraf pusat di bagian tulang belakang). Hal ini dilakukan oleh dokter anestesi.
Pembiusan dilakukan melalui suntikan tadi,sifatnya memblok daerah yang disuntik
sampai ke bagian bawah, sehingga si ibu tidak merasa nyeri di daerah tersebut.
Bila
ibu menggunakan anestesi ini maka saat mengalami kontraksi, ibu tidak merasakan
adanya nyeri sama sekali. Sehingga saat sampai waktunya ibu harus mengejan,
maka ibu akan dituntun untuk mengejan sesuai dengan datangnya kontraksi yang
dinilai oleh dokter. Dengan kata lain ibu sama sekali tidak tahu kapan ibu
merasa harus mengejan, karena stimulasi yang merangsang hal tersebut tidak
dirasakan sama sekali. Karena tidak adanya stimulasi tersebut, maka kadang
proses persalinan menjadi lebih lama dan ada kemungkinan persalinan harus
dibantu dengan menggunakan vacuum atau forsep, Walaupun begitu, hasil akhir
tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara bayi yang lahir normal atau
menggunakan metode ini.
Obat anestesi epidural
akan bekerja selama beberapa jam, yang sebelum efeknya habis, dokter anestesi
akan memberikan instruksi untuk memberikan suntikan obat anestesi epidural
selanjutnya melalui kateter yang sudah dipasang. Ibu masih dapat melakukan
aktivitas seperti biasa karena saraf yang di blok hanyalah saraf yang
memberikan rangsang nyeri.
Untuk persalinan,
blokade dikhususkan untuk mengurangi rasa sakit di daerah rahim, leher rahim
dan bagian atas vagina. Tetapi otot pangul masih dapat melakukan gerakan rotasi
kepala bayi untuk keluar dari jalan lahir ibu. Ibu masih bisa mengejan,
sehingga masih dapat dilakukan persalinan melalui jalan lahir.
Keuntungan
penggunaan epidural
1.
80 persen ibu berhasil mengatasi rasa
sakit.
2.
Tidak mengacaukan pikiran
3.
Membantu dalam mengontrol tekanan
darah tinggi
Dampak yang di timbulkan terhadap hormon persalinan.
1.
Bisa menghambat produksi beta-endorphin.
2.
Epidural mengurangi produksi
oksitosin selama persalinan.
3.
Epidural juga menghambat produksi
katekolamin (CA). Ingat bahwa CA dapat
memperlambat atau menghentikan persalinan pada
tahap awal, tetapi mempromosikan refleks ejeksi janin pada tahap kedua
persalinan. Sehingga menghambat produksi CA dapat membuat proses
persalinan menjadi lebih sulit.
4.
Epidural membatasi pelepasan prostaglandin
F2 alfa, suatu senyawa lipid yang merangsang kontraksi rahim dan dianggap
terlibat dengan inisiasi persalinan.
5.
Epidural mengganggu proses persalinan dan
memiliki efek samping bagi ibu seperti:
a)
Dapat memperpanjang lama
persalinan .
b)
Tiga
kali lipat meningkatkan risiko robek perineum yang parah. Karena banyak
dari ibu yang memilih epidural ternyata harus berakhir di
persalinan tindakan seperti forceps & Vacum
c)
Dua kali lipat meningkatkan risiko operasi caesar
d)
Tiga kali lipat meningkatkan
terjadinya induksi dengan oksitosin sintetis (Pitocin).
e)
Empat kali lipat meningkatkan kemungkinan
bayi akan terus-menerus berada dalam posisi posterior (menghadap ke atas) dalam
tahap akhir persalinan (gagal melakukan putaran paksi di dalam panggul), yang
pada gilirannya mengurangi kemungkinan kelahiran vagina spontan.
f)
Mengurangi kemungkinan persalinan per
vagina spontan.
g)
Meningkatkan kemungkinan komplikasi dari
persalinan dengan instrumen. Ketika wanita dengan epidural bersalin
menggunakan forceps, jumlah gaya yang digunakan oleh dokter hampir dua kali
lipat lebih besar dibandingkan dengan tidak menggunakan epidural. Hal ini
penting karena dapat meningkatkan resiko jangka pendek akibat persalinan dengan
instrumen seperti memar, luka wajah, perpindahan dari tulang tengkorak dan
pembekuan darah di kulit kepala bayi, dan episiotomi dan robekan pada vagina
dan perineum ibu.
Efek samping untuk Bayi
1.
Sangat penting untuk memahami bahwa
obat-obatan diberikan oleh epidural memasuki aliran darah bayi
pada tingkat yang sama dan kadang-kadang bahkan lebih tinggi dibandingkan
yang ada dalam aliran darah ibu.
2.
Namun, karena sistem kekebalan tubuh bayi
belum matang, diperlukan waktu lebih lama bagi mereka untuk menghilangkan efek
obat epidural. Sebagai contoh, metabolisme bupivacain, analgesik epidural
yang umum digunakan, adalah 2,7 jam pada orang dewasa tapi pada bayi baru lahir
memerlukan waktu 8 jam.
3.
Studi telah menemukan jumlah metabolit
bupivacain terdeteksi dalam urin bayi baru lahir 36 jam setelah anestesi spinal
pada persalinan SC.
4.
Beberapa studi telah
menemukan defisit dalam kemampuan bayi baru lahir yang konsisten akibat obat
yang digunakan dalam epidural.
5.
Penelitian lain menemukan bahwa anestesi
lokal yang digunakan dalam epidural dapat berpengaruh buruk pada sistem
kekebalan tubuh bayi baru lahir, mungkin dengan mengaktifkan respon stres.
6.
Ada bukti bahwa epidural dapat mempengaruhi
pasokan oksigen dalam aliran darah janin, mungkin karena adanya penurunan
tekanan darah ibu yang terjadi akibat epidural .
7.
Epidural telah terbukti menyebabkan
bradikardia janin, penurunan denyut jantung janin (DJJ). Ini mungkin efek
sekunder dari adanya penurunan kadar katekolamin (CA) ibu disebabkan oleh
epidural yang pada gilirannya menyebabkan tekanan darah rendah dan rahim
hiper-stimulasi.
8.
Epidural dapat menyebabkan demam pada ibu,
yang pada gilirannya dapat mempengaruhi bayi. Dalam sebuah studi besar
pertama kali ibu, bayi lahir dari ibu dengan demam (97% di antaranya telah
epidural)
9.
Epidural juga dapat meningkatkan
kemungkinan nilai Apgar skor rendah saat lahir, sehingga memerlukan resusitasi
dan mengalami kejang pada periode baru lahi..
10. Beberapa
studi menunjukkan bahwa epidural dapat mengganggu ikatan normal/bonding yang
terjadi antara ibu dan bayi setelah lahir.
11. Ada
juga bukti bahwa epidural dapat menurunkan efisiensi menyusui.
No comments:
Post a Comment