KATA
PENGANTAR
Puji
syukur Penulis limpahkan kehadirat Tuhan YME, karena atas pertolongan Nya,
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktu yang telah
direncanakan sebelumnya. Tak lupa salam Penulis haturkan kepada keluarga dan
sahabat, semoga selalu dapat menuntun Penulis pada ruang dan waktu yang lain.
Makalah
ini disusun untuk menyelesaikan tugas Patologi dan Terminologi Medis III dengan
judul :
“ INDERA PEMBAU “
Untuk menyelesaikan Makalah ini adalah suatu hal yang
mustahil apabila penulis tidak mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak.
Penulis
berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan bila terdapat
kekurangan dalam pembuatan laporan ini penulis mohon maaf, karena penulis
menyadari Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
Yogyakarta,
21 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG.........................................................................
B. TUJUAN..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. ANATOMI
HIDUNG.........................................................................
B. PERSYARAFAN
HIDUNG...............................................................
C. FISIOLOGI
HIDUNG........................................................................
D. MEKANISME
KERJA PENCIUMAN / PEMBAU..........................
E. GANGGUAN
PADA PENCIUMAN................................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN...................................................................................
B. SARAN................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tubuh kita tersusun atas berbagai
macam reseptor untuk mengetahui bermacam-macam rangsangan dari luar tubuh kita.
Alat indera adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan
tertentu. Semua organisme memiliki resptor sebagai alat penerima informasi.
Informasi tersebut dapat bersal dari dirinya sendiri atau dari luar. Reseptor
diberi nama berdasarkan jenis rangsangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor
(penerima rangsang zat kimia), fotoreseptor (penerima rangsang cahaya), audio
reseptor (penerima rangsang suara), dan mekanoreseptor (penerima rangsangan
fisik seperti tekanan, sentuhan dan getaran). Selain itu dikenali pula beberapa
reseptor yang berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar tang dikelompokkan
sebagai eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor yang berfungsi mengenali
lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor yang terdapat diseluruh bagian
tubuh manusia.
Eksoreseptor yang kita kenal ada
lima macam yaitu, indera penglihat (mata), pendengar (telinga),
peraba (kulit), pembau (hidung) dan pengecap (lidah). Dalam makalah ini kita
akan membahas Eksoreseptor Indera Pembau (hidung), kita akan mengetahui tentang
anatomi hidung, mekanisme kerja hidung serta gangguan-gangguan yang terdapat
pada hidung.
B.
Tujuan
1. Mengetahui Anatomi hidung
2. Mengetahui persyarafan pada hidung
3. Mengetahui fisiologi hidung
4. Mengetahui mekanisme penciuman /
pembau
5. Mengetahui gangguan pada hidung
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Anatomi
Hidung
Hidung
merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya
dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap lingkungan yang
tidak menguntungkan. Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung
luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur
hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: paling atas kubah tulang
yang tak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit
dapat digerakkan dan yang paling bawah adalah lobolus hidung yang mudah
digerakkan
Bagian
puncak hidung biasanya disebut apeks. Agak keatas dan belakang dari apeks
disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut sampai kepangkal hidung dan
menyatu dengan dahi. Yang disebut kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu
diposterior bagian tengah pinggir dan terletak sebelah distal dari kartilago
septum. Titik pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai dasar
hidung. Disini bagian bibir atas membentuk cekungan dangkal memanjang dari atas
kebawah yang disebut filtrum. Sebelah menyebelah kolumela adalah nares anterior
atau nostril (Lubang hidung)kanan dan kiri, sebelah latero-superior dibatasi
oleh ala nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung
Hidung
luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,
jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung. Bahagian hidung dalam terdiri atas struktur yang
membentang dari os internum disebelah anterior hingga koana di posterior, yang
memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Rongga hidung atau kavum nasi
berbentuk terowongan dari depan kebelakang, dipisahkan oleh septum nasi
dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk
kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares
posterior (koana)yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring
Bagian
dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares anterior,
disebut dengan vestibulum.Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang banyak
kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut dengan vibrise
Tiap
kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan
superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi ini dibentuk
oleh tulang dan tulang rawan, dinding lateral terdapat konkha superior, konkha
media dan konkha inferior. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konkha
inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka media, yang lebih kecil lagi
konka superior, sedangkan yang terkecil ialah konka suprema dan konka suprema
biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat
pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema
merupakan bagian dari labirin etmoid. Celah antara konka inferior dengan dasar
hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konkha media dan
inferior disebut meatus media dan sebelah atas konkha media disebut meatus
superior.
Meatus
medius merupakan salah satu celah yang penting dan merupakan celah yang lebih
luas dibandingkan dengan meatus superior. Disini terdapat muara dari sinus
maksilla, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Dibalik bagian
anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat
celah yang berbentuk bulat sabit yang dikenal sebagai infundibulum. Ada suatu
muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit menghubungkan meatus medius dengan
infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial
infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai
prosesus unsinatus
Di
bahagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas
sinus maksilla, etmoid, frontalis dan sphenoid. Dan sinus maksilla merupakan
sinus paranasal terbesar diantara lainnya, yang berbentuk pyramid iregular
dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya kearah apek prosesus
zigomatikus os maksilla.
B.
Persyarafan
pada Hidung
Bagian
depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari nervus
etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris, yang
berasal dari nervus oftalmikus. Saraf sensoris untuk hidung terutama berasal
dari cabang oftalmikus dan cabang maksilaris nervus trigeminus. Cabang pertama
nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus memberikan cabang nervus nasosiliaris
yang kemudian bercabang lagi menjadi nervus etmoidalis anterior dan etmoidalis
posterior dan nervus infratroklearis. Nervus etmoidalis anterior berjalan
melewati lamina kribrosa bagian anterior dan memasuki hidung bersama arteri etmoidalis
anterior melalui foramen etmoidalis anterior, dan disini terbagi lagi menjadi
cabang nasalis internus medial dan lateral. Rongga hidung lainnya, sebagian
besar mendapat persarafan sensoris dari nervus maksila melalui ganglion
sfenopalatinum. Ganglion sfenopalatina, selain memberi persarafan sensoris,
juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion
ini menerima serabut serabut sensorid dari nervus maksila.Serabut parasimpatis
dari nervus petrosus profundus. Ganglion sfenopalatinum terletak dibelakang dan
sedikit diatas ujung posterior konkha media
Nervus
Olfaktorius turun melalui lamina kribosa dari permukaan bawah bulbus
olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa
olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.
C.
Fisiologi
Hidung
Hidung
berfungsi sebagai indra penghidu , menyiapkan udara inhalasi agar dapat
digunakan paru serta fungsi filtrasi. Sebagai fungsi penghidu, hidung memiliki
epitel olfaktorius berlapis semu yang berwarna kecoklatan yang mempunyai tiga
macam sel-sel syaraf yaitu sel penunjang, sel basal dan sel olfaktorius. Fungsi
filtrasi, memanaskan dan melembabkan udara inspirasi akan melindungi saluran
napas dibawahnya dari kerusakan. Partikel yang besarnya 5-6 mikrometer atau lebih,
85 % -90% disaring didalam hidung dengan bantuan TMS
Hidung
dapat mencium berbagai macam bau karena di dalam rongga hidung terdapat serabut
saraf pembau yang terdiri dari jutaan sel-sel pembau. Setiap sel-sel pembau
tersebut mempunyai rambut-rambut di ujungnya serta diliputi oleh selaput
lendir yang berfungsi untuk melembabkan rongga hidung.
Saat
kita bernapas, yaitu menghirup udara dari luar, molekul-molekul bau yang
melayang di udara akan ikut masuk ke dalam rongga hidung dan bertemu dengan
sel-sel pembau. Sel-sel pembau tersebut akan terangsang dan merubah rangsangan
tersebut menjadi Sinyal yang kemudian mengirimkannya ke Otak melalui Saraf
Pembau. Dengan demikian kita dapat mencium berbagai macam bau dari udara luar.
Fungsi hidung
terbagi atas beberapa fungsi utama yaitu :
1. Sebagai
jalan nafas,
Udara
masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan
kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, dan seterusnya. Pada ekspirasi
terjadi hal sebaliknya.
2. Alat
pengatur kondisi udara,
Mukus
pada hidung berfungsi untuk mengatur kondisi udara
3. Penyaring
udara,
Mukus pada hidung berfungsi sebagai penyaring dan
pelindung udara inspirasi dari debu dan bakteri bersama rambut hidung, dan
silia.
4. Sebagai
indra penghidu,
Fungsi
utama hidung adalah sebagai organ penghidu, dilakukan oleh saraf olfaktorius.
5. Untuk
resonansi suara,
Fungsi
sinus paranasal antara lain sebagai pengatur kondisi udara, sebgai penahan
suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, sebagai peredam
perubahan tekanan udara, membantu produksi mukus dan sebagainya.
6. Turut
membantu proses bicara,
7. Reflek
nasal.
Apabila ada gangguan pada indera
pembau, maka kita tidak dapat mengecap dengan baik. Ketika seseorang menderita
sakit pilek, maka makanan terasa hambar rasanya dan kita tidak dapat mencermati
bau dengan baik. Inilah bukti bahwa antara organ pembau dengan pencium saling
bekerja dengan baik. Aroma makanan yang berada di rongga dalam hidung tidak
dapat tercium karena serabut saraf di situ tertutup oleh lendir pilek. Kita
merasakan bau buah apel berbeda dengan jeruk dan pepaya karena adanya organ
pembau.
D.
Mekanisme
Kerja Penciuman / Pembau
Reseptor
Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul – molekul larutan dalam
cairan hidung. Reseptor pembau merupakan reseptor jauh (tele reseptor) karena
lintasan pembauan tidak memiliki hubungan dalam thalamus dan tidak terdapat di
daerah proyeksi pada neocortex penciuman
Membrana
offactoria terletak pada bagian superior rongga hidung. Di bagian medical ia
melipat keatas concana superior dan bahkan ada yang berada di concha media.
Pada setiap rongga hidung membrana olfactoria mempunyai luas permukaan 2,4 cm.
Organon olfacus terdapat di dataran medical concha nasalis superior dan pada
dataran septumasi yang berhadapan dengan concha masalis superior. Saat
seseorang menarik nafas maka sesibilirasa pembanya akan lebih kuat karena letak
organon olfacus disebelah atasnya. Sensai pembauan tergantung pada konsentrasi
penguapan, misalnya skatol (bau busuk pada facces) karena konsentrasinya pekat
maka baunya busuk
Impuls
– impuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan
cabang – cabang dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel
mitral meninggalkan bulbus olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis
dan berakhir di dalam area. Pusat pembauan ada di uneus. Neurit – beurit sel
mitral mempunyai cabang – cabang yang menuju ke sel glanuta akan mengadakan
sinopso di sinopsi axomatis. Sebagian dari neurit – neurit sel mitral berjalan
dalam strialate ralis dan berakhir dalam incus, sebagian dari neurit tersebut
berjalan di dalam stria medialis dan berakg\hir di dalam area septialis
Jalannya
impuls pembauan adalah sebagai berikut : Impuls – impuls bau dihantarkan oleh
filum olfactorium yang bersinopsi dengan cabang – cabang dari dendrit sel
mitral dan disebut siniopsis glomerulus. Neurit sel mitral meninggalkan bulbus
olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir di dalam area.
Pusat pembauan ada di incus. Neurit – neurit sel mitral berjalan dalam
strialate ralis dan berakhir dalam incus
E.
Gangguan
Pada Penciuman / Pembau
1. Salesma (Cold) dan
Influenza (Flu)
Influenza adalah kondisi alat pernafasan yang terinfeksi virus.
Umumnya menyebabkan batuk, pilekm sakit leher, dan terkadang panas atau sakit
persendian yang disertai dengan pusing. Pada anak kecil, biasanya disertai
dengan gejala mencret ringan. Sebaiknya hindarilah penggunaan penicillin,
tetracyline, atau antibiotik lainnya, karena obat jenis ini tidak dapat
menyembuhkan penyakit influenza, san justru akan menimbulkan bahaya. Penyakit
Influenza ini hampir selalu sembuh dengan sendirinya tanpa obat, anda hanya
perlu melakukan beberapa hal sederhana berikut ini ketika sedang mengalami
penyakit influenza:
·
Hindari minuman dingin dan selalu konsumsi air hangat
·
Istirahatlah yang cukup
·
Jika mengalami panas dan skit kepala, cukup konsumsi aspirin atau acetaminophen
·
Untuk penyaki influenza ini tdiak ada pantangan khusus, dan bagi
penderitanya sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung
vitamin C.
·
Jika mengalami sakit tenggorokan atau sakit leher, berkumurlah
dengan air hangat.
Jika penyakit influenza ini
berlangsung lebih dari 1 minggu atau menimbulkan panas, batuk, lendir, sampai
sakit dada, maka kemungkinan penderita tersebut mengalami radang cabang
tenggorokan (bronchitis) atau radang paru-paru (penumonia).
2. Hidung tersumbat dan
pilek
Alergi atau salesma bisa menjadi penyebab hidung tersumbat atau
pilek. Pada anak-anak, banyaknya lendir dalam hidung bisa menyebabkan infeksi
telinga. Sedangkan pada orang dewasa, lendir berlebihan dapat mengakibatkan
gangguan sinus atau peradangan dan berlangsung lama di dalam rongga tulang yang
berhubungan dengan hidung.
Cara mengatasi:
·
Menaruh uap air panas di dekat badan dan menghirupnya, dengan cara
demikian maka akan dapat melegakan hidung yang tersumbat
·
Jangan menghembuskan ingus kuat-kuat karena bisa menimbulkan sakit
telinga bahkan sampai infeksi sinus.
·
Jika sering mengalami sakit telinga atau gangguan sinus kita dpat
mencegahnya dengan memakai tetes hidung decongestan seperti phenylprine.
3. Gangguan Sinus (
Penyakit sinusitis)
Sinusitis atau peradangan sinus terjadi pada rongga-rongga dalam
tulang yang berhubungan dengan rongga hidung. Adapun tanda-tanda atau gejala
penyakit sinusitis adalah sebagai berikut:
·
Terasa sakit di wajah, khususnya sekitar mata, terlebih lagi ketika
anda mengetuk tulang atau menundukkan kepala.
·
Hidung sering tersumbat karena adanya nanah atau ingus yang kental.
·
Terkadang gejala yang timbul tersebut disertai dengan panas.
Penyakit sinusitis dapat kita
obati dengan menggunakan metode penyembuhan secara alami dengan mengunakan
bahan dan alat sederhana. Adapun cara mengatasi penyakti sinusitis secara
alami adalah sebagai berikut:
·
Menghirup sedikit air garam ke dalam hidung
·
Guankan tetes hidung decongestan seperti phenyleprine
·
Letakkan kompres hangat di wajah
·
Tetracyline, ampicillin atau penicillin merupakan jenis antibiotik
yang bisa digunakan untuk meresakan sinusitis
4. Deviated Septum
Lubang hidung dipisahkan oleh
sebuah sekat yang disebut septum. Normalnya, sekat ini akanmembagi secara rata
besar lubang hidung seseorang. Tapi pada kasus abnormal, sekat ini membagi
secara tidak rata dan menyebabkan salah satu lubang hidung lebih besar. Pada
kasus yang ringan gejala tidak akan muncul, tapi pada tingkat yang lebih
serius, ini dapat mengganggu pernafasan dan diperlukannya tindakan operasi.
5. Rhinitis
Pembengkakan dan peradangan
pada jaringan lendir inilah yang disebut rhinitis. Rhinitis yang akut biasa
disebabkan oleh virus sedangkan pada yang ringan, ini bisa terjadi karena
alergi. Gejalanya bisa berupa hidung tersumbat, bersin, demam ringan, mata
berair dan batuk. Penggunaan humidifier bisa meringankan gejala rhinitis ini.
Sedangkan pengobatan lainnya adalah untuk mengatasi peradangan dan pemyumbatan.
6. Polip
Anda pasti sudah familiar
dengan ini. Polip adalah jaringan berlebih yang tumbuh di dalam hidung. Biasanya
ada di hidung bagian atas dan dapat tumbuh membesar. Semakin membesarnya polip
dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan ditandai dengan semakin sering
bernafas dengan mulut, berkurangnya kemampuan membau, dan ingusan. Operasi
diperlukan apabila polip sampai menghalangi jalan udara saat Anda bernafas.
7. Anosmia
Penyakit ini menyebabkan penderitanya
kehilangan rasa bau. Penyakit ini disebabkan karena penyumbatan rongga hidung,
misalnya tumor, polyp, reseptor-reseptor pembauan rusak karena infeksi virus
atau atrophi, gangguan pada syaraf ke I, bulbus, tractus olfactoris ataupun
cortex otak karena benturan kepala ataupun tumor.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hidung merupakan salah satu dari
panca indra yang berfungsi sebagai indra pembau. Indra pembau berupa
kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir
bagian atas. Reseptor pencium tidak bergerombol seperti tunas
pengecap.Epitelium pembau mengandung 20 juta sel-sel olfaktori yang khusus
dengan akson-akson yang tegak sebagai serabut-serabut saraf pembau. Di akhir
setiap sel pembau pada permukaan epitelium mengandung beberapa rambut-rambut
pembau yang bereaksi terhadap bahan kimia bau-bauan di udara,
Hidung manusia di bagi menjadi dua
bagian rongga yang sama besar yang di sebut dengan nostril. Dinding pemisah di
sebut dengan septum, septum terbuat dari tulang yang sangat tipis. Rongga
hidung di lapisi dengan rambut dan membran yang mensekresi lendir lengket.
Cara kerja indera penciuman yaitu
indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara. Di
atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap
molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau(smell
receptors). Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika
partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory
bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan
kemudian di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita, apakah
itu harumnya bau sate padang atau menyengatnya bau selokan.
Fungsi
hidung terbagi atas beberapa fungsi utama yaitu (1)Sebagai jalan nafas, (2)
Alat pengatur kondisi udara, (3) Penyaring udara, (4) Sebagai indra penghidu,
(5) Untuk resonansi suara, (6) Turut membantu proses bicara,(7) Reflek nasa.
B.
Saran
1.
Jagalah kebersihan pada
hidung
2.
Hindarilah hal-hal yang
dapat membuat hidung mengalami gangguan
3.
Jika sudah mengalami
gangguan/kerusakan pada hidung segeralah diobati
4.
Gunakanlah masker jika
berada pada tempat yang banyak debu dan polusi agar terhindar dari gangguan
pada indera penciuman / pembau
DAFTAR PUSTAKA
Ganong,
W.F, 1983, Fisiologi Kedokteran,
Jakarta : CV. EGC.
Guyton,
A. C., 1983, Fisiologi Kedokteran 2,
Jakarta : CV. EGC.
Radiopoetro,
R., 1986, Psikologi Faal 1,
Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Seksi
Laboratorium Psikologi Faal, 2001, Petunjuk Praktikum Psikologi Faal,
Yogyakarta : Laboratorium Psikologi Faal Fakultas Psikologi UGM.
Ethel,Slonane.
1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.
Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment